MALANG; PESONA ASIA TENGGARA DI PULAU JAWA
MALANG; PARIS OF JAVA
Kota Malang pernah disebut “kota terindah se Asia Tenggara”? Kondisi alam yang indah, iklim yang sejuk, dan kota yang bersih, pemerintahan kolonial Hindia-Belanda ngasih julukan “Paris of Java” ato kota Paris-nya pulau Jawa. Wah…. beneran nih….?
Emang sulit sich bayangin kota yang tampak biasa-biasa ini pernah termasyhur keindahannya. Paling-paling orang nunjuk sepanjang jalan Ijen yang ngebuktiin legenda Kota Malang dan sampe’ kini masih betah menghuni hati ‘n benak banyak orang.
Catatan sejarah juga ngebuktiin kalo di kota Malang pernah berdiri kerajaan besar seperti Singosari, Kediri, Majapahit, Demak, dan Mataram. Bahkan Kota Malang pernah masuk nominasi Ibukota Negara Republik Indonesia.
Asal Usul Kota Malang
Singosari mewarisi kekayaan sejarah yang cukup banyak. Pada tahun 1222 M., di situ berdiri sebuah kerajaan yang dipimpin raja kontroversial, Ken Arok. Cuman, waktu itu nama kota Malang belum ada. Maklum, Malang merupakan nama yang diambil dari sebutan kerajaan yang dipimpin Raja Gajayana, dan berpusat di wilayah Dinoyo.
Penahbisan hari kelahiran Kota Malang dan penetapannya sebagai “Kota Praja” baru terlaksana pada 1 April 1914 M. Saat itu, dalam lambang Kota Malang tertulis sesanti berbunyi “MALANG KUCECWARA” yang berarti "Tuhan menghancurkan yang batil dan menegakkan yang baik." Sesanti itu disahkan sebagai semboyan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang.
Daerah Malang dan sekitarnya, termasuk Singosari, merupakan pusat kegiatan politik dan budaya sejak tahun 760 s/d tahun 1414 M. Hal ini berdasarkan tulisan batu (prasasti) di Kecamatan Dinoyo.
Perkembangan Kota Malang
Kota Malang mengalami perkembangan setelah datangnya pemerintah kolonial Belanda. Fasilitas umum dibangun untuk memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif itu masih kerasa sampe’ sekarang. Misalnya Ijen Boulevard dan kawasan di sekitarnya, hanya dinikmati oleh keluarga-keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya. Sementara penduduk pribumi kudu puas tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Ironis banget ya….! Sekarang kawasan Ijen bagai monumen yang menyimpan misteri dan seringkali mengundang keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim di sana untuk bernostalgia.
Sejak adanya kereta api pada taon 1879, kota Malang berkembang pesat. Berbagai kebutuhan masyarakat makin meningkat. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah; daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali; lahan untuk bercocok tanam disulap jadi area perumahan dan pabrik industri.
Sejalan perkembangan di atas, urbanisasi terus berlangsung dan kebutuhan pemukiman meningkat di luar kemampuan pemerintah. Sementara itu, tingkat ekonomi kaum urbanis yang sangat terbatas, mengakibatkan timbulnya pemukiman-pemukiman liar yang pada umumnya berkembang di sekitar daerah perdagangan, di sepanjang jalur hijau, sekitar sungai, rel kereta api, dan lahan-lahan yang dianggap tidak bertuan. Tak lama kemudian perkampungan itu ‘diresmikan’ jadi perkampungan.
PENDUDUK DAN BRAND IMAGE KOTA MALANG
Masyarakat Malang terkenal religius, dinamis, atraktif, dan bangga dengan identitasnya. Mereka mendirikan macem-macem komunitas – yang nggak cuma beken di dunia bola aja – seperti Arek Malang (AREMA), KeraNgalam, ato Laskar Ken Arok. Kalian tentunya pernah dengar nama komunitas yang beken itu kan. Kalo nggak percaya, coba lo pelototin jalanan di kota Malang, pasti elo temuin syal, stiker, and kaos yang bertuliskan AREMA ato KERANGALAM. Keduanya udah jadi brand image-nya kota Malang.
Penduduk kota Malang berasal dari suku Jawa, Madura, sebagian kecil keturunan Arab dan Cina. Walau gitu, mereka sangat akrab dan kompak. Fanatismenya patut diacungi jempol. Mereka gak pernah menyoal asal-usul atau ras, suku, apalagi agama. Mereka tetep saling menghargai dan menghormati privasi masing-masing. Asyik bener ya……!
Sebagian besar masyarakat Malang adalah pemeluk Islam, kemudian Kristen, Katolik, dan sebagian kecil Hindu serta Budha. Umat beragama di Kota Malang terkenal rukun. Tempat-tempat ibadah banyak yang udah berdiri sejak zaman kolonial. Sebut aja Masjid Jami’ (Masjid Agung) yang lokasinya pas di sebelah barat alun-alun kota, gereja ……………. yang sampe’ kini udah ngalami beberapa renovasi. Uniknya, bangunan bersejarah itu gak direnovasi total, paling banter cuma desain interior ato pemandangan di sekelilingnya doang.
Bukan cuma itu, kota Malang juga terkenal dengan Kota Pendidikan. Sebab, kota malang merupakan pusat pendidikan maju dengan banyak Universitas yang terkenal seantero negeri seperti Universitas Brawijaya (UNIBRAW), Universitas Muhammadiyah Malang (UNMU/UMM), STIE Malangkucecwara, dan Ma’had Aly Al-Hikam yang diasuh K.H. Hasyim Muzadi.
Bahasa Jawa dialek Jawa Timuran dan bahasa Madura adalah bahasa sehari-hari masyarakat Malang. Gaya bahasa di Malang terkenal kaku tanpa unggah-ungguh sebagaimana bahasa Jawa kasar umumnya. Hal ini menunjukkan sikap masyarakatnya yang tegas, lugas, dan tidak mengenal basa-basi. Anak mudanya punya dialek khas yang disebut 'boso walikan', yaitu cara pengucapan kata secara terbalik. Contohnya adalah Arek Malang menjadi KeraNgalam, wisata Mendit menjadi Tindem, ato Madura menjadi Arodam. Makanya, jangan heran kalo elo denger kalimat asing yang diucapin warga Malang.
Penutup
Sekarang, masyarakat bisa dengan tenang mengunjungi tempat bersejarah. Jika tidak paham, bisa bertanya pada juru kunci di tempat-tempat tersebut. Dengan senang hati, para juru kunci itu akan menceritakan sejarah. Bahkan, kalau tidak sempat mendengar cerita, bisa juga membawa buku ringkasan sejarah. Tentunya dengan mengganti ongkos cetak.
(Saiful Anwar/Nasyith)
Referensi:
(Prof. Drs. S. Wojowasito dalam Sejarah dan Asal Mula Kota Malang, Radar Malang, 02 Jan 2008/ Majalah Araya News, April-Mei 2004/ Ensiklopedi Indonesia/ Kunjungan)
Data Empiris
1. Tahun 1767 Kompeni memasuki Kota
2. Tahun 1821 kedudukan Pemerintah Belanda di pusatkan di sekitar kali Brantas
3. Tahun 1824 Malang mempunyai Asisten Residen
4. Tahun 1882 rumah-rumah di bagian barat Kota di dirikan dan Kota didirikan alun-alun di bangun.
5. 1 April 1914 Malang di tetapkan sebagai Kotapraja
6. 8 Maret 1942 Malang diduduki Jepang
7. 21 September 1945 Malang masuk Wilayah Republik Indonesia
8. 22 Juli 1947 Malang diduduki Belanda
9. 2 Maret 1947 Pemerintah Republik Indonesia kembali memasuki Kota Malang.
10. 1 Januari 2001, menjadi Pemerintah Kota Malang.
GELAR YANG DISANDANG KOTA MALANG
1. Paris of Java, Karena kondisi alamnya yang indah, iklimnya yang sejuk dan kotanya yang bersih, bagaikan kota “PARIS” nya Jawa Timur.
2. Kota Pesiar, Kondisi alam yang elok menawan, bersih, sejuk, tenang dan fasilitas wisata yang memadai merupakan ciri-ciri sebuah kota tempat berlibur
3. Kota Peristirahatan, Suasana Kota yang damai sangat sesuai untuk beristirahan, terutama bagi orang dari luar kota Malang, baik sebagai turis maupun dalam rangka mengunjungi keluarga/famili.
4. Kota Pendidikan, Situasi kota yang tenang, penduduknya ramah, harga makanan yang relatif murah dan fasilitas pendidikan yang memadai sangat cocok untuk belajar/menempuh pendidikan.
5. Kota Militer, Terpilih sebagai kota Kesatrian. Di Kota Malang ini didirikan tempat pelatihan militer, asrama dan mess perwira disekitar lapangan Rampal., dan pada jaman Jepang dibangun lapangan terbang “Sundeng” di kawasan Perumnas sekarang.
7. Kota Bunga, Cita-cita yang merebak di hati setiap warga kota senantiasa menyemarakkan sudut kota dan tiap jengkal tanah warga dengan warna warni bunga
Sabtu, 24 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar